Thursday, October 05, 2006

Aku.. Mungkin Juga Kamu


1
Bolehkah aku bercerita tentang diriku. Dimana setiap waktu yg mengalir mengulirkan cerita-cerita yg tak pernah putus. Tentang kebebasan yg terbang dalam senja yg turun, diam-diam datang dan tiba-tiba saja begitu kelam. Akupun berjalan dengan apa adanya, kemana saja, karena hatiku adalah kelana yg mencari pintu untuk diketuk, dalam pengembaraan relung jiwa yg rindu rumah. Dan itulah aku, utara dan selatan, barat dan timur dan kau akan sulit menemukanku karena memang tempat untuk nurani dan cintaku belum kutemukan.

2
Pengembaraan hati jalani ruang-ruang yg sunyi, tiada arah yg menuntun kemana akan kembali. Putaran kehidupan menempa kekuatan jiwa akan kebiasaan tuk kehilangan dan ditinggalkan. Barangkali pertemuan yg harus kita tangisi walau awalnya keindahan terasuk ke dalam kalbu. Dan kisah ini pasti akan datang dan pergi, biar sesaat namun kuingat betapa rasanya.

3
Aku berjalan menyeret segala bayang-bayang, melampaui segala batas yg ada. Menduga-duga dalam rabaan tangan yg terkepal. Terlepas sudah semua yg tergenggam, kini kosong. Perjalanan memberikan kenyataan dalam praduga, memberi misteri tentang segala hal, segala yg terasa. Bahkan tiada terduga kepastianpun menjadi maya. Entah kapan mata terpejam, begitu pandangan jadi lain. Kuusap dada dengan sisa-sisa kesabaran yg ada.

4
Dan sepertinya keinginan harus mengalah, adalah kenyataan yg mesti menang. Tiada sekedar asa yg ada bisa membara kalau kehadirannya cuma sebatas pelipur lara. Bayangan dan hayalan yg menghantui setiap pikiran. Kenangan yg tersisa sayup-sayup mulai sirna, perjalanan di awal petualangan tiada ada arah. Melangkah dalam tanda-tanda yg tak ada dan salah, mungkin cuma sekali langkah ini terarah dan itupun tidak menjadi sedikit cahaya di gelap ini. Adalah diriku, mengembara diantara harapan tak jadi yg menjadi bayang-bayang tujuan hidup hari ini. Mungkin esok putaran rasa mulai memberi ketenangan, karena tak selamanya hati diam dan terpendam. Kurungan jiwa yg memenjarakan setiap keinginan, merasuki pelosok- pelosok kalbu yg bergelora dan menderu. Pemberontakan nurani mengalirkan perasaan terkekang dan pada akhirnya diri mulai memburu dalam kebebasan. Bebas dalam keinginan akan setiap penentuan yg cuma milik diriku dan egoku.

5
Aku gamang.. tiada tempat untuk berpegang. Ke segala arah yg kulihat adalah kesamaran. Bahkan aku takut melangkah di ketinggian ini. Sementara itu juga aku makin tertinggal. Aku gamang.. tiada tempat untuk berpijak. Antara reruntuhan rapuh ruang-ruang jiwa. Dan semakin juga tinggalkan akal sehat. Aku buta, aku meraba dan menerka. Aku gamang.. tiada tempat untuk berpaling. Mereka telah meninggalkanku tahun-tahun yg lalu. Kini hidup sendiri malah menyakitkan hati. Walau aku dibebaskan tanpa kata-kata dan perhatian.

6
Aku merasa lelah. Diburu oleh perasaanku sendiri. Tak pernah memutuskan suatu putusan. Tak bisa memilih suatu pilihan. Aku tak berbuat apa-apa. Rasanya aku tak kalah, menangpun tidak. Aku cuma merasa lelah..

7
Jangan pernah menyikapi aku. Terus terang keinginan itu semu. Dan cuma sikap yg aku perlu. Pelampiasan kalbu takkan jemu, mengais-ngais tiap deringan waktu. Pengakuan yg lugu kan jadi lucu, apabila engkau menyikapi setiap perilaku. Pergilah engkau wahai keragu-raguanku..

8
Kemana aku mesti berpaling, sampai kapan aku kan berlari. Adalah detak-detak di dada yg menyakitkan. Ketidaksanggupan dalam menatap tajam, ketidak berdayaan diantara beratnya keinginan. Paling tidak aku mesti mencoba, walau sekali bukan berarti tak berarti. Kemudian biarlah putus ditengah jalan. Dan akan kucari jalan lain, entah itu dimana.

9
Pengembaraan fikiranku lebih jauh dari ragaku. Tiada henti melayang, menembus segala angan-angan. Bukannya tiada keinginan tuk harapkan jadi nyata, namun kenyataanlah yg terkurung di alam fikiranku. Jangan pernah berharap keajaiban akan menyentuhku. Kurengkuh hari-hari sendiri dan tiada berarti. Dan bukan karena apa-apa kalau pada akhirnya kau menjauh dan menganggap aku aneh.

10
Bagaimanakah lagi harusnya aku, kalau aku seharusnya memang begini. Jangan tanya tentang keinginanku, karena engkau akan mendengar sebuah cerita roman. Biarkan penasaran bersarang di benakmu. Seandainya engkau tahu, tentu kau telah lama menjauh. Bagaimanakah lagi harusnya aku, kalau aku kan terus begini. Simpanlah segala tanya di hatimu, karena tanyamu adalah awal dari perpisahan. Dan bukan karena apa-apa aku begini, ketahuilah aku hari ini saja.

11
Aku sendiri bingung pada diriku. Perantaraan antara fikiran dan raga. Jalinan antara perasaan dan perilaku. Debaran keinginan dan kuatnya kemauan. Tiada pernah menyatu, tiada pernah..

12
Berangkat dari kemampuan untuk memberi lebih, kupacu separuh hati menggapai keutuhannya. Walau terasa kekurangan memberati segala keinginan, namun itu tak selamanya timbul dan datang. Aku rasa aku punya sedikit kelebihan, dimana orang-orangpun ingin memiliki. Tapi aku tak merasaknnya bahkan menyimpannya. Aku telah jadi apatis, bahkan terhadap keinginan hati yg terdalam. Aku telah terbiasa untuk memendam, segala cinta, rindu dan segala benci, dendam. Dan aku benci dianggap baik, sementara kebaikan itu kuberikan dengan keterpaksaan. Karena aku tak pandai menjawab, mengelak dan berdalih. Dan sebenarnya ke diaman ku adalah pemberontakan terbesar yg tak terdengarkan, dalam perang yg panjang semasa tahun-tahun pelarian di seluruh sendi-sendi kehidupaanku.

13
Ada yg jatuh dan luruh. Begitu saja, tak ada tempat tuk singgah. Misteri antara keping pecahan waktu. Menzinai perjalanan bumi yg renta, dalam warna semakin kelabu dan suram. Manusia tak lagi kokoh hadirnya, kadang terlahir menunggu ajal datang. Petualangan semakin lama dan melelahkan, dari pencarian sesuatu yg telah lama hilang. Begitu lamanya kadang telah terlupakan. Setitik kepercayaan di dadapun meranggas, kering dan cuma menunggu tiupan angin. Pada akhirnya gugur sebagai kenangan, bahwa dulu pernah ada..

14
Tiada seorangpun, kecuali aku dan pikiranku dan angin-angin liar yg meniup kenanganku. Sementara keinginan masih terperangkap dalam tubuhku. Dan nuranikupun memberontak menjungkirbalikkan logika, akal dan perasaan. Bukan kesabaran menyiksa tapi perangkap yg memenjarakan keinginan.

15
Pupus ditangan menggapai bayang. Kelikuan relung membentur kesemuan. Hati telah lama membeku dan hilang. Raib dalam tebaran pancaran cahaya. Begitu terang tuk menyilaukan tujuan. Akhir dari fatamorgana kesendirian jiwa. Angin tiup jejak-jejak tertutup debu. Pedih di mata undang segumpal air mata. Bukan tangisan, sekedar hidup apalah guna..

16
Sekali waktu melirik masa lalu sedikit perlu. Pilar-pilar langkah yg tertanam dan membatu. Adalah bayangan sekelebat kenangan manis serta pilu. Berlalu tanpa tahu, tiba-tiba terlewati, begitupun hilang. Masapun sekarang menantang, langkah bagai melayang. Sebutir pikir enggan berlalu, bertengger tatapi garang. Adalah putaran tasbih menghitung hilangnya hari. Putaran waktu tuk mengganti kekosongan hati di diri. Mengisi relung-relung dengan sedikit asa menggantung. Hanyalah harapan bagi insan yg tidak beruntung. Bak senja yg sedikit kelam dalm awan mendung. Untung-untung kilat dan hujan tak ikut bergabung.

17
Mengurai kata-kata di mulut, membuai janji-janji dalam hidup. Tak kuasa kulakukan walau pada diriku sendiri. Aku berjalan seiring waktu yg menjadi penuntunku. Mungkin hari kemaren bukanlah aku hari ini. Langkahku tak tentu mencapai segala penuh ragu. Aku bukan siapa-siapa dan tak perduli dianggap siapa. Yg penting dalam hidupku adalah jati diriku. Entah bagaimanapun aku ingin tetap menjadi diriku. Walaupun seandainya kehidupan berawal dari mula lagi. Jangan pernah memaksaku jadi orang lain, biarkan petualangan hidupku memberi kenangan. Dalam segala kepahitan dan kegalauan hatiku, dalam segala kemanisan dan keindahan cintaku. Aku takkan pernah berubah. Bagaimanapun aku cinta kehidupanku, kelebihanku dan segala kekuranganku.

18
Penjara ini terasa semakin sempit. Sementara kejahatan yg masih terpikirkan belum juga terlaksanakan. Penjara inipun semakin kokoh, sementara kekuatan jari-jari tiada lagi terkendali. Dan kurobohkan penjara ini dalam pikiranku, serta merta semua yg terpikirkan ingin aku lakukan. Sekarang juga bahkan secepat mungkin!

19
Perjalanan panjang mengembara rimba-rimba penuh segala kenyataan pada akal dan logika yg senantiasa tak mudah untuk diterima bahkan untuk perlu memahami dan mengerti menghabiskan separuh perjalanan yg serasa tak berarti dan memberi jawaban pada diri sendiri sampai dimanakah, ada dimanakah, bilamana pertempuran dalam hati nurani terasa telah mencabik-cabik sisa-sisa langkah yg semakin terseret, kaku perih dan terasa mengawang-ngawang menembus suatu batas-batas yg hendak kita temukan di sini dimana tiada arah ygmberi tuntunan membawa sejuta ilusi dalam mimpi-mimpi yg semakin sulit kita dapatkan tatkala tidurpun tak lagi memberi kenyenyakan karena pikiran terus berputar walaupun badan mati dalam kepenatan yg tercipta dari kenangan-kenangan masa lalu dalam kenyataan yg memberikan gambaran akan masa depan yg telah samar-samar sama-sama kita sketsakan dalam nurani dan dalam pemikiran yg semakin memburu suatu kepastian yg telah lama tersentak tatkala bisikan-bisikan kalbu menuntun ke arah yg tumpang tindih memberi rasa beban yg enggan meninggalkan perjalanan panjang dalam rimba-rimba yg kelam wahai musafir jiwa..

20
Ada sekali waktu untuk kau menangis. Bukan cuma tangisan di masa kecil. Menangislah untuk cinta, duka dan bahagia. Buat hidup tanpa beban di dada, walau tak miliki apa-apa. Sebab ada yg lebih berharga, perasaan dan nurani. Airmata adalah sebuah tetesan rasa. Jatuh dan berderai untuk seseorang dan kenangan, yg mempengaruhi hidup dan hatimu. Kadang airmata lebih jujur, muncul tanpa bisa kau bohongi. Sebab airmata adalah tetes nurani yg terdalam.

21
Aku butuh jalan ini, biar sempit dan berliku. Karena aku adalah pejalan, pejalan sang waktu. Pejalan yg mencari makna kala hiar-hari mulai sirna, ditingkah suara hati yg memaksa. Akulah sang petualang, mengarungi rimba belantar kalbu , yg terpenjara kabut semu. Di sini, di jalan yg sempit ini. Aku merangkak dan mencari tahu, secuil kenyataan yg jadi guru. Agar cahaya tak suram lagi, sebagai pedoman di masa depan. Bagi jiwa yg butuh peristirahatan. Merebahkan badan menatap bintang. Cuma dengan berselimutkan sehelai kafan. Aku ingin melepas lelah dengan tenang.

22
Hari-hari seperti detik yg berlalu, tiada kesempatan mengulang. Kesempatan yg datang terbuang sia-sia. Aku mengeluhi setengah perjalananku, dimana telah jauh jalan ini kuraba-raba. Ternyata masih penyesalan tiada arti, karena memang tiada guna di hari ini. Aku yg membuang harapan jauh dan hilang, mengharap kembali hadirnya sebuah asa tersisa. Akan kokohkah hadirku di dunia ini, tiada yg tahu dan mau tahu. Karena hidup adalah egoistik belaka, dan aku terlantar di dalamnya.

23
Aku telah disini, jauh sebelum orang lain menemukanku. Kubuat marka-marka yg hanya kupahami sendiri. Tak perduli walau cuma sebatas hayal ilusi. Karena di langitku hanya ada satu bintang, tiada rembulan ataupun sinar mentari. Aku hanya cinta pada satu bintang. Sementara pembaringanku adalah aliran air, yg terus membasuh dan mensucikan aku. Karena noda-noda yg ada takkan bisa menggapaimu. Aku telah di sini, semenjak ketinggian yg harus kuraih begitu terasa. Kuatur segala langkah dan perjalanan tuk kesana. Ketika senyummu hanya ada disana. Aku telah disini, dan semenjak itu aku adalah bayang-bayang. Tiada tersentuh, senantiasa ada dan tiada. Aku telah begitu hilangnya.Hanya karena cinta itu pernah di sini.. di hati.

24
Pernah sekali kita kesal, bahkan teramat kesal. Karena apa yg selalu kita inginkan tak pernah tercapai. Tapi kenapa perasaan itu juga yg terus membuat kita maju. Tak mudah menyerah dan tak mudah mengalah. Kesal itu kadang lebih baik dari diam dan termenung. Karena kesal dapat membangkitkan syaraf-syaraf untuk berfikir. Kesal itu instropeksi.

25
Kebahagiaan adalah bagian semu dari hayalan. Khayalan yg telah terbungkus dalam fatamorgana. Sementara itu juga kita terus mencari-carinya. Sadarlah, kebahagiaan itu telah milik kita sejak dulu. Cuma dengan jalan apa kita akan merasakannya. Karena itulah kita diberi perasaan dan talenta-talenta. Sekarang tinggal bagaimana kita terus menggali. Menggali keinginan yg menjadi tujuan hidup.

26
Ketika tak ada jalan pulang, berputar-putar dalam ketersesatan panjang. Mengembara menembus batas. Adakah keinginan yg tercapaikan, sementara angan terus melayang. Tiada yg dituju, cuma sebatas impian lalu. Namun ketika ia ingin berhenti dalam lelah, lagi-lagi semua terbentur kesemuan. Ia yg telah lelah dalam sesatnya, terus membawa sejuta impiannya. Cuma untuk secarik kenangan yg pernah ada. Tempat perhentian yg menggetarkan jiwa, dalam istirahat yg teduh dan manja. Yg hilang entah kemana, setelah lepas dari genggaman.

27
Buat sebuah kenangan yg tertunda. Hanya tinggal bayangan samar dan peka. Begitu tipis batas antaranya. Aku cuma tinggal mereka -reka dan merasa. Bahwa semua tiada beda tuk kurasa, karena aku telah terbiasa. Buat impian yg belum berlalu. Adanya begitu indah dan terang menyilaukan. Kala dimana mata hati begitu buta. Kurabalah apa yg terpegang, tapi sayang jangkauanku tiada sampai. Karena engkau memang jauh tuk kuraih. Buat hayalan yg masih terjaga. Dimana kesadaran adalah mimpi-mimpi semu. Membuai bola mata dan permainkan perasaan. Kenyataan yg memberi ilusi-ilusi sepi. Entah aku serasa dimana dan mengapa. Akupun tersadar di sudut kamar sepi ini…

28
Jikalau melupakan itu adalah bagian dari waktu. Adakah waktu yg tersisa bagiku untuk melupakanmu? Engkau begitu indahnya tuk kuhapuskan dari kenangan. Hanya sepenggal itulah kenangan yg tersisa. Walaupun tak utuh namun memberi arti. Jikalau melupakan itu adalah bagian dari waktu. Biarkanlah waktu yg akan melupakanku.

29
Lemparkanlah aku ke sudut-sudut keterasingan. Dan campakkanlah nuraniku ke liang-liang kegelapan. Biarkanlah kenyataanku menjadi hari-hari yg suram. Dan jangan pedulikan akan keberadaan dan hadirku. Sebab cuma engkau yg sanggup melakukan. Cuma engkau satu-satunya yg sanggup.

30
Di saat kau tak mengharapkan apa-apa, menjalani dengan apa adanya. Tiada hasrat dan keinginan yg berlebihan. Saat itu engkau akan mudah mendapatkan cinta dari seseorang. Namun disaat engkau ingin memiliki, menguasai hasrat dari hati seseorang. Lambat laun cinta akan menjauhimu. Kau takkan menerima seperti yg seharusnya. Kekuatan mata akan membuatmu ingin menguasai. Tatkala keindahan yg kau pandangi, jadikan kau serakah. Takkkan ada yg pernah cukup. Jangan pandang cinta dengan matamu, pandanglah ia dengan perasaanmu. Jangan kuasai ia dengan hasrat yg menggebu. Biarkan ia datang dengan kebutaanmu, biarkan ia memilikimu dengan keserhanaanmu.

31
Kita tak mesti memahami cinta, biarkan ia yg menuntun kita. Kita tak harus mencari cinta, biarkan ia yg menemukan kita. Dan kita akan belajar dengan sendirinya..

32
Aku merindu paras jiwa yg membuai. Yg memberi gejolak pada lautan nurani. Membelai dan menyenandungkan lagu cinta. Yg menciptakan ribuan pujian, tatkala hasrat harus kulabuhkan. Saat dimana derai hujan akan terasa hangat dan nikmat, dalam gairah pelukan sejuta kenangan diam. Dan belantara hati akan mengembara jauh dan bebas. Dimana sayap-sayap terkepak melayang lembut. Menebar serpih-serpih keabadian pada satu jiwa. Oh, bagi semua para pencinta, jangan biarkan hatimu terluka. Dan setiap yg tercipta telah ada sepasang. Milikilah ia semestinya ia memang untukmu.

33
Dusta jika aku tak mengakui, betapapun itu menyiratkan kelukaan. Adalah jejak-jejak yg patut kutelusuri dan itu bukan dusta. Karena hidup adalah lembaran cerita, baik dan buruk harus kujujuri. Nyata adanya hitam adalah layarku, tapi semestinya aku harus putih. Aku harus putih.

34
Kala cinta dan kerinduan mudah membuat kita menangis, mengapa tak jua kita hargai keberadaannya? Ataukah ini cuma permainan kata hati sesaat, yg tidak lagi kita pahami keberadaannya. Berkatalah dalam hati saja, bila kau tak pasti bila berucap. Sebab kadang ucapanmu adalah duri yg perih di esok hari. Pejamkanlah matamu, biarkan segala rasa yg menuntunmu. Agar bila kau buka hatimu, cuma kepastian yg kau tebarkan. Jangan permainkan hatimu dengan segala yg menggalaukan, walaupun sejujurnya keterbukaan itu adalah impian yg hilang. Cinta dan kasih sayang adalah uraian pucuk-pucuk mayang. Begitu indah dan lembut membayang, namun penyh kerapuhan. Jikalau kau ingin meraih dan memiliki untuk sepenuh kalbu, berjuanglah dari nuranimu sendiri, beranikah kau untuk setia. Sebab apa setiap perjalanan tak lagi mudah melaluinya, sebab jalan-jalan fana ini begitu penuh akan persimpangan. Akan kemanakah kita melangkah, terus atau ragu-ragu mengarah. Kuatkanlah mata jiwa dan rasa agar tak rapuh dan penat memilah. Karena itulah kita butuh cinta dalam perjalanan kita. Agar kita bisa berkaca, beristirahat dan membagi kelelahan. Dan sebab itulah kita mudah menangis untuk cinta dan kerinduan bila kita benar-benar menghargai keberadaanya.

35
Munafik jika aku harus menyangkal, akupun telah berkali-kali jatuh. Menyingsing lenganpun aku tak lelah. Aku sadar, itu cuma jalan yg harus aku lalui. Tinggal terserah aku, tetap berjalan atau berhenti. Walau aku lelah, hidup ini takkan aku sia-siakan. Dan semestinya hidupku harus indah. Aku harus indah.

36
Ucapkan saja, jangan terbebani. Dimana seharusnya kau katakan yg terasa. Jangan diam saat seharusnya kau bicara. Jangan menghindar saat seharusnya kau menerima. Ucapkan saja, jangan terbebani. Bilamana kejujuran tak untuk kau sembunyikan. Jangan bebani nuranimu dengan segala yg ada. Karena semua itu untuk kau lakoni bukan untuk kau sesali.

37
Aku terkatung-katung di makan usia yg merundung. Tiada yg menyangka kedewasaan itu cuma sebuah patung. Belum lama aku rasakan kepedihan saat ditinggalkan dan saat itu perjalanan baliqku tersesat entah kemana. Pikiranku tak mau menyatu dengan ragaku saat itu. Dan mimpiku adalah mimpi bocah ditimang sang ibu, begitu indah yg tak dapat kulewati bersama. Karena sang waktu adalah detak yg tak pernah terduga. Tiba-tiba esok semua berubah dan menjadi mendung. Kuputus keinginanku yg terjalin dalam segelintir detiknya. Akupun merelakan kepergian yg diatur sang ego. Tahun-tahun yg hilang adalah jalan panjang yg tersesat.

38
Bangunan impian menjelang ombak datang. Tiada daya tuk tahu kapan kan hilang. Semenjak bongkah-bongkah ini kugumpal-gumpalkan. Hingga menyerupai sebentuk pengharapan, batas ilusi yg tiada pernah berhenti. Terus membisiki agar khayalanku terus tinggi, sementara aku berpijak di kerendahan ini. Memang hidup kadang adalah rentang diri. Menahan hati untuk sesuatu yg diingini, bersabar hati untuk yg selalu datang menghantui. Kubangun setinggi mungkin menjulang tegak, kupoles sekokoh mungkin berpagar tegar. Tapi apa daya, tempat berdirinya yg ternyata rapuh. Biar langkahku tegar dan kokoh, namun kalu jalan yg aku lalui itu rapuh, maka rapuhlah semuanya. Karena kekuatan tak dapat dipaksakan. Seprti istana pasir ini.

39
Datang dan pergi adalah siklus kehidupan yg abadi. Sesuatu yg ada karena adanya sesuatu yg lain. Kehendak dan kemauan tiada cukup kuat tuk menghalanginya, kalau memang saatnya untuk pergi. Begitu kau memikirkan kedatangan jangan lupa mengingat kepergian, barangkali kau tidak begitu kecewa nanti. Tiada yg datang tanpa pergi dan tiada yg pergi tanpa datang. Siklus hidup yg abadi.

40
Sepanjang perjalanan. Dalam kejauhan mata memandang, tiada kenangan yg tertanam dalam, cuma sesaat mengais asa yg tersesat. Sepanjang perjalanan. Tiada berbekal dalam menelusuri akal, hampa mengosong mengubur jiwa terkekang dan hayalan-hayalan bagai sebuah kenyataan. Sepanjang perjalanan. Kelikuan hidup membentur batas pikiran, bayangan serta keinginan raib melayang, dalam ketiadaan akan arti Tuhan. Sepanjang perjalanan. Hati tak lagi bernurani semestinya, hilang di tengah kelengahan iman, hampir pasti mencapai dalam kemunafikan.

41
Jangan memaksakan suatu perasaan kepada orang lain. Dan jangan berhenti untuk menerima perasaan dari seseorang. Itu adalah anugerah karena kita memiliki perasaan. Memang kadang perasaan yg kita miliki tak selalu diterima oleh orang lain dan begitu juga sebaliknya, kadang kita sulit menerima perasaan dari seseorang. Maka jadikanlah perasaanmu sebagai tempat berkaca bila kau ingin ia memiliki perasaan yg sama.

42
Cinta terkadang adalah cahaya di tengah teriknya matahari, sebuah cahaya yg tiada berdaya dan sia-sia. Namun cinta terkadang adalah setitik air di tengah panas gurun pasir, setitik air yg penuh aliran kehidupan.

43
Tiadakah cinta yg saling meluka dan bahagia? Jawabnya adalah tidak. Karena dari kedua sisi itulah manusia belajar untuk menerima dan melepas, bersama dan sendiri, menangis dan tertawa, bahagia dan terluka, bertemu dan berpisah. Cinta adalah pelajaran pertama dalam menguasai getar-getar jiwa, merasai hati nurani, membuka relung-relung hati, menuntun lubuk kalbu. Dan cinta tiada yg saling meluka dan bahagia.

44
Mencintai adalah keinginan memberi sinar mentari. Memberi kehangatan, bayang-bayang dan pelangi. Biar selalu hadir dalam hati yg sunyi. Mencintai adalah kemauan menerima hembusan bayu. Menerima kedinginan, kepedihan dan debu. Agar selalu hadir makna pengertian di kalbu. Mencintai adalah keterpaksaan tuk berbagi ketulusan. Ketulusan tuk membuang keterpaksaan. Dan lambat laun mencintai adalah suatu rahmat dan nikmat.

45
Lukisan alam di batas cakrawala, membarut pandangan lepas ke tengah samudra. Pantulan cahaya membayangi ombaknya. Debur-debur yg menghempas membuih putih, menyapu sepanjang pantai di sepanjang waktu. Anginpun membelai, menerpa setiap saat. Senja di pantai ini adalah kanvas keagungan-Nya. Dalam setiap kehadirannya penuh dengan nuansa, sedikit keindahan-Nya yg hadir walau tak lama. Cukup tuk memberi kepuasan dan ketenangan, agar terucap kata pujian dan sanjungan buar-Mu. Tiada yg lebih indah dari karya-Mu selain.. anugerah buatku tuk bisa memandang laut ini, sekali lagi.

46
Perjalanan hidup nyata butuh kasih sayang, biar selalu bahagia dan indah. Merasakan di dada adalah debar-debar penuh misteri, hati dan nurani akan jujur terhadap perasaan. Rasa cinta yg tumbuh kadang perlu waktu dan perjalanan waktu adalah pencarian jati diri. Saat kau menemukan seseorang yg sangat berarti, maka tumpahlah seluruh misteri tentang dirimu. Sebab cinta adlah pencurahan dan berbagi.

47
Selamat malam, selamat memejamkan mata membaringkan kelelahan. Dalam sapaan bunga-bunga tidur yg mengantarkan kelopak mata dalam peraduan yg indah. Selamat malam, selamat membaringkan segala persoalan untuk kau lupakan sesaat. Dalam keheningan yg memberi ketenangan ketika detak jam adalah kalender malam yg tersisa. Selamat malam, ucapkanlah doa-doa yg penuh harap agar kedatangan tidurmu adalah bagian dari keindahan yg mengiringmu menemukan indahnya hari esok.

48
Alam mengulirkan waktu. Perputaran mukjizat dari masa ke masa. Menembus batas pikiran insan manusia. Pergerakan detik-detik yg menghilang, merobek kalender hari-hari di dinding. Hitungan bulan dan tahunpun menua, menyiratkan usia yg tinggal tersisa. Sementara fikir tak jua habis, bersatu dalam kekuasaan alam yg abadi.

49
Sentuhan kecil di sudut hatiku kala manisnya senyuman menyambut kedatangan hari, pagi ini. Kicau burung menyambung hembusan angin, menerbangkan suara keindahan yg menyusup di telingaku serasa memanggil namaku, halus dan lembut. Adakah hidup kan selalu indah..

50
Cakrawala jatuh yang jauh di sudut lengkung garis lembayung tersisa dalam senja merah yang gerah saat mentari pudar menyerah menyiratkan debur-debur ombak yang membentur pada ujung karang dan perlahan panorama perpisahan terucap pelan menyambut malam desir-desir anginpun mengusung kegelapan yang datang menjelang menghadirkan hiasan angkasa yang datang satu-satu kelip perlahan dan kesunyian mulai menembus batas langit menuai sang waktu melaju dalam perjalanan yang sendu menunggu yang tinggal berlalu bersama sang rembulan kadang suram berselimut kabut malam kesendirian di tengah padang alam raya yang jauh mengembara menggapai seraut cahaya di fajar yang membakar hutan raya merangkak mencapai puncak-puncak bukit yang melingkar berurai menghadirkan tetesan-tetesan embun yang luruh dan jatuh menhempas dan daun-daunpun melepaskan keringat malam yang membungkus mencoba mencari kehangatan di sela-sela puncak pohon menjulang mengiringi hilir air yang mengemercik membasuh bebatuan duhai mukjizat alam raya tersaji nyata di depan mata.

51
Menggapai bayangan akan hadirnya rasa, menuntun peraduan jiwa ke titik
dasarnya. Lubuk hati yang terdalam merengkuh sukma, getar-getarnya indah dan menakjubkan. Keangkuhan lenyap, merebak sedikit kejujuran. Adalah satu yang tak bisa dibohongi, adanya cinta putih di setiap insan. Begitu suci dan penuh sentuhan kasih, walau penuh dengan liku-liku jalannya. Dan kata tak sanggup menyatakan, bila kasih putih berpendar dalam cinta bersih.

52
Kelembutan yang menyeruak elus sekeping asa. Benang-benang merajut asmara kian memabukkan. Relung seketika melayang menembus batas jiwa. Adalah keindahan, nyata dan menggairahkan. Gerai-gerai kasih tersibak
dan merona, terpancar dalam kebeningan indah mata. Seketika belaian hangat dan menenangkan, datang dan bersemayam dalam satu hati. Bagai sedalam tarikan nafas berdesah pelan, kurangkul bayang-bayang beraroma harum. Tatkala angin meniup membelai tubuhmu. Tak ingin rasanya melepas, tinggallah dalam mimpi. Agar setiap saat kutinggal memejamkan mata. Heningnya cinta menyeruak ke bening jiwa. Tak kuasa dan nyana membunuh segala rasa. Sekarang cuma satu yang tertinggal… rasa cinta.

53

Pernah sekali aku bertanya dalam hati
kenapa kita punya keberanian pada hal yang tidak masuk akal
sementara pada hal yang biasa saja, kita begitu takutnya…

54

Aku tiada pernah mengerti apalagi memahami
ajaran-ajaran suci yang meneduhkan hati seseorang
kulihat mereka penuh dengan kepercayaan dalam diri
sosok-sosok yang lembut, tenang dan sabar
tapi kenapa mereka juga mudah berubah dengan seketika
meluapkan emosi dengan begitu entengnya
aku tiada pernah mengerti.

55

Menyendiri di sudut kamar sepi, saat kesendirian datang dan menggerogoti
merenung entah apa yang teresapi, cuma kebingungan yang selalu menyelimuti
aku hadir sebagai sosok yang kalah, walau kemenangan itu bisa kuraih
aku telah kehilangan batas-batas kepercayaan pada diri sendiri
semenjak jari-jariku sulit ‘tuk kukepal
entah kenapa, tiada rasa benci, tiada rasa emosi
aku bagai patung yang diam mengamati dan aku mati perasaan.

56
Adakah kemauan kan tercapaikan, bilamana hayalan masih terkurung dalam mimpi. Hamparan sejuta ilusi yang terus membayangi habisnya hari. Tak ada kenangan yang nyata, hanya sejumput bayangan yang sirna. Apakah semua yang ada kan terus melanda dalam diri yang terus berusaha? Jawabnya tergantung pada egomu sendiri.

57
Aku memulai hari seperti aku mengakhirinya. Saat malam datang menjemput kehampaan yang berhasil kuraih. Dan kenangan yang dapat kuraih hanyalah saat aku tidak melakukan apa-apa, saat mata terpejam dan hati mati. Sungguh ironis.

58
Kadang aku ingin jadi orang suci. Dan kupatut-patut diri jauh ke masa depan. Terbayang betapa tenang dan nikmatnya hidup. Lalu kupatut-patut diriku saat ini. Ternyata hidup tetap nikmat, namun tiada ketenangan.

59
Kadang memang ada sesuatu yang tidak bisa kita duga, walaupun rasanya kepastian itu sudah tergenggam. Dalam perjalanan akan pencarian suatu hakekat ternyata adalah jalan yang tiada terjamah oleh pandangan. Dan hitungan waktu tak nyata ‘tuk dikira entah itu sekejap atau butuh waktu yang lama. Perasaan kita kerap tumpang tindih bahkan dalam waktu yang bersamaan, tiada rasa yang dominan. Kitapun termangu, tidak bisa mengambil sikap dan itu adalah waktu kita yang terbuang percuma. Dalam kegamangan, kegalauan yang kadang kala adalah suatu jerat pada kehidupan yang akan datang. Dan akhirnya kitapun bertanya, apakah hakekat hidup yang kita cari. Sementara rasa itu pernah begitu dekat hadirnya namun begitu berat untuk meraihnya. Kitapun tersentak, entah itu untuk suatu kesadaran ataupun sebagai penyesalan.

60

Apakah cinta itu menipu,
membuat perasaan kita seperti termangu
terkesan menjadikan perasaan adalah belenggu
yang dalam sesaat melambungkan jiwa jauh memburu
melayang dalam asa-asa yang ternyata adalah semu
dan tiba-tiba seperti mimpi yang berakhir di awal pagi
semuapun berlalu tanpa ada makna yang dapat dimengerti
karena itu semua hanya bunga-bunga tidur pelelap lelahnya hari
dan akupun terbangun dengan cinta yang telah pergi
sebelum sempat aku memberi dan menikmati
cinta itu adalah mimpi.

61

Kunikmati indahnya sinarnya pelangi
seusai hujan di sore hari
kutatap lekat-lekat dan secermat mungkin
karena perlahan ia mulai memudar
Kuingat baik-baik dalam fikiranku
kurasa dalam-dalam di hatiku
Dan biarkanlah pelangi itu menghilang
karena ia telah tersimpan di sudut jiwaku
Esok ‘kan ada pelangi lagi, pasti…
dan kenangan itu takkan pernah hilang
karena keindahan adalah cinta abadi
engkaulah…

62
Barangkali cinta adalah penyamaran, datang dalam bentuk yang tiada diketahui. Dan tiada dapat disangkal lagi, kita butuh cinta itu. Walaupun tanpa kita sadari kita telah menerimanya, hanya saja tidak kita kenali. Karena cinta adalah penyamaran.

63
Mungkinkah terwujud suatu kenangan, sebelum aku melepas lelah nanti malam. Kenangan yang akan aku ingat sebelum menarik selimut dan memejamkan mata, berharap akan datang mimpi-mimpi yang lain. Dari kemarin, dari masa lalu.

64

Engkau telah menuangkan anggur di gelasku
memaksaku untuk mereguknya hingga tiada bersisa
kau membuatku mabuk dan sempoyongan
namun kau menjauh untuk aku bersandar
kau biarkan aku jatuh dan muntah
Engkau yang membuatku mabuk, namun engkau menolak untuk minum bersamaku…

65

Hujan di awal pagi, rintiknya kecil jatuh membasahi
tiada kicau burung hari ini, sepi sungguh di hati
mentari yang bersiap muncul, urung menampakkan diri
dingin yang hampir berlalu kini hadir lagi
Lalu teringat padamu akan menambah sepi di hati
dari balik jendela kaca yang mulai basah,
pandangku jauh menerawang
apakah kan ada pelangi pagi ini…

66
Kuhampiri malam, dan kucoba masuki sisi yang paling kelam.
Tuk mengubur asa yang pernah kupendam, di relung hati yang paling dalam. Namun telah berpendar satu sisi lagi, yang coba angkat aku dari puing-puing waktu. Yang pasti saatnya kan tiba, di titik terdepan yang pernah aku kenal.

67
Aku kembali pulang ke keterasingan, yang ternyata adalah rumahku yang nyata. Berkali-kali kucoba melarikan diri, namun kenyataannya aku tetap disini.
Kucoba mencari tempat persinggahan, satu persatu aku ketuk pintu demi pintu. Namun selalu kembali aku menutupkan pintu untuk keluar dengan tertunduk. Kembali kucari pintu lain untuk kuketuk. Mungkin suatu saat pintu itu terbuka dan menutup, dan takkan pernah terbuka lagi. Dan aku terkurung di dalamnya, dalam sebuah hati yang damai dan penuh cinta.

68
Kujemput malam dengan kenangan yang tersisa, kujadikan mimpi saat tidurku terasa hampa. Dan malam yang berlalu adalah kekalahan jiwaku, saat dimana tiada dapat kurengkuh hatimu.. hari ini. Aku terus jalani hari-hari bagai terpenjara khayalan, yang terus memunculkan wajahmu yang menari-nari. Di seputar otakku, di segenap ucapku, di sekujur nuraniku. Serasa aku ingin membunuhmu dari rasa yang membunuhku…

69
Aku telah jauh dari harapan orang-orang yang mencintaiku. Karena dari rasa cinta itulah mereka membuat harapan-harapanku bagai terpenjara. Aku merasa cinta mereka adalah perangkap yang menjerat segala keinginanku. Dan itulah yang mereka sebut dengan cinta. Namun sekarang, setelah aku dibebaskan dari kata-kata dan kasih sayang. Perangkap itu semakin kuat menjerat diriku. Entah apa yang kuinginkan, semuanya bagai kilas balik berbagai kenangan yang terdahulu, yang membuatku selalu terpaku.

70
Bila jalan tak lagi mulus dan penuh lubang, jangan salahkan si pembuat jalan. Cobalah untuk hati-hati dan waspada dengan langkahmu. Karena itu engkau diberi rambu-rambu dan petunjuk dalam perjalanan.

71
Kubawa hari-hari ini dalam mimpi di malam hari. Kubangunkan kenangan di pagi hari ‘tuk menjelang hilangnya hari. Dan putaran waktu ini pun akan membawaku kembali berfikir. Sesaat sebelum kututup mata menjemput sebuah mimpi lagi, apakah yang telah kuperbuat hari ini…

72

Tiada batas kuselami terus kuselami
pada dasar yang hendak kugapai
kuulurkan tangan kurengkuh sedapat-dapatnya
hingga genggaman sulit ‘tuk kukepal lagi
namun kehampaan dan kekosongan yang tiada arti
apakah pencarian ini kan berhenti
apabila hilangnya sedikit demi sedikit rasa akan percaya diri.

73
Rasa itu begitu dekat namun begitu pula jauhnya. Ternyata belenggu pada pertama adalah untuk selamanya. Karena nyata ku tak bisa berpaling, biar telah hilang tali-tali pengikat. Namun kuterbelenggu dalam jiwa yang tak kuasa memberi sebuah kata.. lupakanlah…

74
Seandainya tidur dapat kunikmati, takkan kusesali datangnya pagi.
Kembali kuterbangun dengan rasa sepi dan tanpa ingatan kepada seseorang. Memberi rasa kesunyian di lubuk sanubari. Aku cuma ingin hidupku ada arti, bukan sekedar mimpi.

75
Ketika yang tersisa cuma keheningan malam. Tiada suara, terasa sunyi. Ketika yang hadir hanya keheningan hati.
Tiada rasa, kian terasa sepi. Kusadari… tanpa cinta, ini bukanlah kehidupan. Cuma kehampaan !

76
Jangan pernah mencari cinta. Karena cinta bukan milik siapa-siapa. Dan jangan pernah lari dari cinta. Karena cintalah yang memiliki kita.

77
Malam menjalar menyentuh kesendirianku, sementara bodohnya kerinduan terus merayu akal dan fikiranku. Terasa tidak pernah ku bisa untuk mengusir kelemahanku, terhadap bayangan yang kuciptakan cepat datang dan pergi. Apalah artinya semua ini, bila ternyata saat rasa itu hadir aku masih terus kehilangan tanpa keinginan mencari. Memang kuakui, aku terlalu berharap dalam penantian karena kupercaya cinta itu tidak untuk dicari, tapi ia datang untuk ditemukan. Walau kini ia telah hadir…

78

Alangkah nikmatnya bisa mencintai
labuhan perasaan yang tiada terkira
kutuang semua untuk kau miliki
karena rasa itu tak habisnya
walau waktu menelan usia kita
Dan buat yang pertama, aku takkan melupa
andaikata cinta tiada memiliki sekalipun
biar saja… bawalah hatiku ikut serta.

79
Jangan berpaling, saat tatapanmu terbentur akan keangkuhan dan kesombongan. Tataplah dengan kelembutan dan keteduhan. Tiada sesuatu yang tidak dapat berubah, selama keyakinan masih kau pegang di hatimu. Jika perlu waktu, pupuklah kesabaran dari semula. Engkau harus terus memelihara harapan-harapan dalam dirimu, karena untuk itulah engkau hidup. Untuk mewujudkan suatu impian yang pernah kau lukiskan di sudut hatimu, jauh sebelum harapan-harapanmu menjadi penuntunmu. Jangan berpaling, lakukanlah yang terbaik dari hidupmu untuk kehidupanmu.

80
Dingin menyusup ke relung-relung hatiku, menggigillah nurani menahan kesendirian. Alangkah kelunya perasaan dalam kalbu, seiring hembusan angin aku cuma kebagian harummu dan bukan dirimu. Andaikan engkau dapat kuraih, tak semestinya pencarian tlah terhenti. Dan engkau bukan persinggahan karena perjalananku tak ada ujungnya. Dan telah kuduga dari semula, aku akan berjalan tanpa dirimu.

81
Hidup ini terkesan menghabiskan waktu bagiku, dan waktu yang tersisa entah berapa lama lagi. Sementara itu juga aku belum bisa menghargainya. Aku telah kehilangan harta yang berharga… waktu. Waktu yang membuat aku masih berada di masa lalu. Terpenjara pada suatu keadaan yang membuat aku berhenti bergerak, aku diam. Perantaraan waktu terus menggerogoti sisa-sisa perjalanan yang ada, yang telah kuhentikan sejak lama. Dan aku malu, karena nyata seterusnya aku masih terpaku. Atau aku lemah, karena waktu telah menghancurkan segalanya. Yang pasti aku telah kalah oleh waktu.

82
Aku percaya cinta akan selalu berubah. Karena cinta adalah perjalanan waktu. Ia takkan menunggu lama, takkan.
Namun ia sanggup menghabiskan waktu yang lama, bahkan teramat lama…

83
Aku takkan pernah memohon ataupun meminta. Karena dari sanalah muncul rasa kasihan. Rasa yang dari semula sangat aku benci. Jangan pernah sekalipun kau merasa kasihan. Sebab itu biarkan saja semua ‘kan terjadi. Dan hidup adalah untuk mengalami. Merasakan semua perasaan yang kau miliki. Untuk muncul dan memberi sebuah arti. Bahwa hidup ini bukan untuk disesali.

84
Kadang kala dalam mencari sebuah jati diri, membuat kita penuh dengan pengalaman. Tentang segala hal yang ingin kita ketahui. Kitapun selalu mencari petualangan-petualangan baru, mencicipi pahit manisnya kehidupan. Kita berkelana dalam perjalanan yang samar. Namun walau begitu selalu ada keberanian, karena kita memiliki ego yang mendampingi. Membuat kita selalu ingin menjadi seperti yang kita kehendaki.

85
Adakah hasratku berlebihan…
apabila ambisiku tidak tergapaikan.
Atau apakah ambisiku yang lemah…
hingga hasratku terabaikan.

86
Apakah yang nyata di dunia ini selain kematian… ? Jangan kau kira cinta adalah sesuatu yang nyata. Dan bila kau percaya, lukalah yang ternyata lebih nyata. Tiada yang dapat menjadi pegangan apabila itu semua cuma semu. Seperti menggapai bayangan sendiri membelakangi matahari. Jadi jangan pernah terlalu berharap, karena harapan yang terlalu tinggi penyebab sakit yang pasti ada. Pabila suatu saat kau jatuh menimpa bayanganmu sendiri, bayangan akan kekalahan dan kelelahan.

87
Kau bawa sebagian kepercayaan diriku, harga diriku dan kekuatanku. Semuanya hampir kuserahkan tatkala harapan itu begitu dekatnya. Namun engkau jualah yang membuat harapan itu terbang di jalanan. Menjadi rendah diterpa debu-debu jalan yang melayang perih di mata. Kuusap keperihan itu dengan kesabaran yang tersisa dari masa lalu, kini. Semua bagai mimpi, namun kenangannya adalah sejarah. Terulang lagi walau bukan mimpi yang sama.

88
Dalam rentang waktu yang sekejap, aku tertawa sekaligus menangis dalam senyuman yang penuh kisah. Adakah semua ini adalah permainan dan aku mendapat peran kecil, sebagai pelengkap sebuah sandiwara. Dan sebelum semua selesai, aku telah tercampakkan di awal permainan yang adalah pembukaan drama ini.

89

Kupalingkan wajahku dari keinginan menatap dirimu
bahkan dari kejauhan bahkan di dalam mimpi
Namun hatiku tak sanggup kupalingkan dari rasa
yang selalu memberi getaran, hangat dan bergelora
Adalah kenyataan bahwa semua yang terasa itu
tak selalu dapat untuk kita miliki walau sempat terjamah

90
Semestinya dari awal ini takkan terjadi. Apabila ucapan nyata membuat suatu belenggu. Yang membuat pikiran enggan menyatu dengan perasaan. Dan semua terlepas dalam sekejap karena laku memang tak begitu. Ternyata sikap yang perlu, bukan ucapan. Jangan percayai ucapan, entah adakah maknanya lagi. Bila ternyata membuat hati dalam kebohongan. Entah memang begitu ataukah cuma permainan semata dan cinta bagiku adalah permainan kata semu. Karena nyata hatimu terpancar dari sikap dan laku, dan bukan dari kata-kata serta ucapan. Aku memang tak bisa meraih hatimu.

91
Jangan pernah menyerah, bila kekalahan bertubi-tubi memaksakan keputus-asaan. Tak ada yang kalah dalam hidup ini. Cuma cambuk ‘tuk merasakan kemenangan. Kita perlu kalah, untuk lebih mengerti hidu

92
Aku serasa jauh, bahkan teramat jauh. Untuk menjadi seseorang yang kau harapkan. Kau tak bisa menciptakan aku, walau engkau memiliki aku. Kamu hanya bisa memperbaiki aku, bukan mengubah aku. Tidak sekalipun pikiranmu dapat kau paksakan padaku. Kau hanya bisa menyelipkan dan bukan memenuhkan. Untuk menjadi seseorang yang kau inginkan, jangan berpikir untuk menjadi seperti orang lain. Jadilah dirimu sendiri, walau tak seperti yang diharapakan oleh orang lain, bahkan oleh dirimu sendiri.

93
Jangan sekalipun berpaling, arah yang di tuju harus kesampaian. Biar tak hari ini tak apalah. Jangan sampai berhenti melangkah, tak peduli lambat dan tertatih. Jangan mengeluh dan mengaduh, rasa pahit ‘kan berlalu seiring dengan keteguhan hati. Jangan sampai asa melayang, tetapkan dalam jauh jiwa bahwa duka tak selamanya.
Biarlah duka temani hari ini, lusa mungkin cuma Dia yang tahu. Setelah kita usaha…

94
Wahai bunga, jagalah agar kau tak cepat layu. Selalulah mekar dalam warna-warnimu. Biarkan harummu menyebar ke segala penjuru.

Wahai bunga, jangan biarkan kau dipetik. Tetaplah tumbuh dan penuh keanggunan. Biarkan godaan datang, biarkan pujian berlalu.

Wahai bunga, jadikanlah keindahanmu semakin berkilau. Agar engkau ‘kan selalu kukagumi. Sebagai keindahan, kelembutan dan kecantikan.

Wahai bunga, bila suatu saat kau telah jatuh cinta. Serahkanlah keharumanmu dengan setulusnya. Dan selalu kuiringi langkahmu dengan doa.

95
Bayangan indah dan menawan walaupun betapa cantiknya tetaplah sebuah bayangan. Dan engkau yang menciptakan bayangan itu masih samar untuk ku temukam. Akukah yang tidak pandai mencari atau engkaukah yang terlalu pandai untuk sembunyi. Aku rasa keduanya…

96
Bayangan, hayalan dalam ketermenungan yang panjang membawa alam fikiran pada kegelapan yang tersentuh sedikit cahaya melatari panjangnya bayangan yang tercipta dari hari ke hari, dari malam ke malam, dari masa lalu, hari ini, esok..

97

Adakah saat-saat penuh kesepian ini membawaku pada suatu keterasingan yang aneh, panjang dan penuh misteri. Tatkala saat kebersamaan dengan dirimu masih dengan malunya aku simpan sebagai suatu pertemuan biasa. Aku mulai butuh perhatian…

98
Sesuatu yang cantik belum tentu bisa membuatmu jatuh cinta, keindahan yang hanya bisa membuatmu kagum. Tapi sesuatu yang kau cintai, akan membuat segala hal tentang keindahan, kecantikan akan nampak. Dan dengan hasrat akan kau katakan itulah kecantikan, keindahan yang bukan sekedar kekagumanmu.

99
Memang kadang kebaikan hati masih tertutupi oleh pandangan akan jasmani. Dan jangan munafik bila kitapun masih menilai dan memandang dari lahiriah setiap kehadiran sesuatu. Bila engkau percaya kecantikan itu akan tumbuh lambat laun di hatimu, jika sentuhan-sentuhan penuh perhatian terus menyirami setiap sudut hatimu. Kecantikan dari dalam akan membuat kecantikan itu seperti angin yang terus membaluri sekujur nurani dengan suaranya yang lembut, desahnya yang pelan, tiupannya yang sejuk dan belaiannya yang halus. Sehingga engkau tidak akan berucap, hanya bisa terdiam. Saat itulah engkau tidak akan peduli lagi dengan lahiriah…

100

Siangpun beranjak senja dan menjadi senja
senjapun akan berlalu…
Namun aku ingin senja ini berakhir dengan indah,
lewat kemilau cahayanya di batas cakrawala
dan biarlah malam datang dengan tenang…
Aku ingin hidupku pun begitu!

Christian Wijaya
Air Tawar 2001


No comments: