Friday, February 16, 2007

sobat

Kucari jawaban akan kenangan masa lalu di langit biru yang jernih tanpa awan yang berarak ditiup angin. Dan ternyata bayu telah turun ke muka bumi, menyapu dedaunan, ilalang dan semak berduri.Aku melangkah di jalan setapak ini berharap gerimis turun ataupun embun jatuh di wajahku, pagi ini. Kan kubasuh mukaku yang lusuh dan kujilati air langit untuk sekedar membawa kenangan pada wajahmu yang dulu, saat hujan kita berlarian.

Adakah bebatuan, tebing dan sungai ini masih menyimpan kenangan akan kita, sobat. Apakah engkau akan melupakan jernihnya keceriaan masa kecil kita. Adalah pematang sawah hamparan padi menguning, pepohonan dan batang-batang ilalang menyembunyikan langkah kita yang berlarian.
Jika kau ingat kenangan, sudikah kau mencari jawaban dalam hatimu. Bahwa pertemuan ternyata kau jadikan sebuah kerinduan.


Air Tawar, Agustus 01

Thursday, February 15, 2007

guratan



sunyi menyapa dalam seribu bayang kesenduan sekeping hati terbentur karang perlahan terbenam menyetubuhi angin-angin liar lenyap bak debu, terbang bak camar

lara menari di sekujur tubuh embun-embun bergoyanglah menitik ke pelupuk mata akhir dari kesendirian relung mengaum menerkam jua di jiwa… dan nyata

lari kucoba di langkah terseret kaku tak kemarin, tak kini, tak esok lukakan makin merah dan tak lagi sakit tak engkau, tak engkau, tak engkau nyata membunuh dengan sedikit senyuman.

Air Tawar, 97

serasa aku ingin membunuhmu..

Kujemput malam dengan kenangan yang tersisa, kujadikan mimpi saat tidurku terasa hampa. Dan malam yang berlalu adalah kekalahan jiwaku, saat dimana tiada dapat kurengkuh hatimu... hari ini. Aku terus jalani hari-hari bagai terpenjara khayalan, yang terus memunculkan wajahmu yang menari-nari. Di seputar otakku, di segenap ucapku, di sekujur nuraniku. Serasa aku ingin membunuhmu, dari rasa yang membunuhku...

Tuesday, February 13, 2007

rutinitas yang memuakkan


Semesta alam yang berencana, menghamparkan pagi ini
tatkala kicauan burung mulai sayup-sayup terdengar
dan tetesan embun jatuh oleh deru kendaraan
Sinar mentari yang muncul mulai memberi kesibukan
tak ada waktu untuk menikmati permulaan hari ini
semua harus serba berpacu, sebelum sinar ini sirna

Semesta alam yang berencana, mengulirkan waktu ini
pergulatan yang mengalirkan peluh-peluh di sekujur tubuh
perjalanan yang menghadirkan kerasnya perjuangan untuk menggapai sedikit tujuan
Adakah rutinitas ini adalah keinginan kita
kalau hanya untuk mengulang hari kemarin di hari ini
dan menunggu habisnya keberadaan mentari ini
untuk segera beranjak ke pembaringan

Semesta alam yang berencana, menghadirkan senja ini
dan orang-orangpun pulang dengan hasilnya masing-masing
menghitung-hitung, berpikir-pikir dan mereka-reka
apa yang akan mereka perbuat esok
sementara keindahan yang tercipta hari ini, terabaikan
Sungguh, rutinitas manusia yang memuakkan.

Air Tawar, Mei 00

bidak catur


Kita adalah bidak-bidak catur pembuka langkah
dan kitapun dengan bangga berkorban, menyerahkan segala kekayaan hati

yang mereka sebut sebagai pahlawan

Tapi apakah yang telah mereka berikan pada kita?
cuma pahitnya kehidupan dalam jalan-jalan berdebu
yang tiada tersentuh sedikit tanya dalam kepedulian
Kita cuma korban kekejaman penguasa
dan dengan angkuh mereka bertanya,
apa yang telah engkau berikan pada ibu pertiwi?

sementara mereka tidak pernah berhenti menyusu!


Air Tawar, Juni 00

tentang cinta 2

Oh, hamparan kasih putih di sekujur nurani

Menyentak debar-debar perputaran pencarian rasa
Begitu dalamnya hingga jiwa tenggelam tak tentu
Entah kenapa setiap terpandang kalbupun melayang

Duhai, mukjizat mata seorang insan manusia
Mengapa terasuk ke relung-relung heningnya hati

Hingga setiap gerak, setiap ucap jadi begitu berarti
Dan serasa ingin memberikan sejuta rasa dalam hadirnya

Pancaran kasih menuntun perasaan hingga terbang
Mengepakkan sayap-sayap putih menuju awan
Lalu keindahan terbalut pelangi menjadi bayangmu
Begitu kuatnya hadirmu, tuk sebuah harapanku

Air Tawar, 24 Mei 01

tentang cinta 1


Menyetubuhi perasaanku, aku kerap termangu
Tersipu sendiri mengganggap nurani telah tertumpu
Memang kadang ada desir lain di lubuk kalbu
Tatkala jiwa ingin slalu bertemu, kuterbalut rindu

Bayangan keindahan yang senantiasa membayang
Romansa alam percintaan, bisikan kata-kata sayang
Sentuhan yang begitu lembut, duhai insan melayang
Tak pernah bosan walau begitu dekatnya mata memandang

Barangkali manusia adalah insan yang lemah
Terkulai di antara belaian akan sejuknya tuk dipapah
Dibuai oleh lesatan anak panah kadang tak tentu arah
Dan masih saja, cinta adalah sesuatu yang indah

Air Tawar, 24 Mei 01

ku hirup nafas alamMu dalam-dalam


dan malam terus melarut mencumbu bulan
penuh keanggunan yang kau sinarkan
lewat celah-celah awan yang begitu tenang
sementara bintang-bintang terus mengerjap tiada henti
pada danau yang bening dan memantul
kala riak-riaknya lembut bersentuhan

aku berdiri dan menatap alam ini
tak terasa perjalanan hampir kucapai
kulepas lelah menatap bulan di danau
kuhilang dahaga dengan airnya bertabur bintang
berbaringku menatap langit yang berawan
ada ketenangan yang kurasakan
bersama sirnanya kelelahan dan kesuntukan

sunyi adalah disini
damai adalah disini
kuhirup nafas alam ini dalam-dalam…

tak terasa malampun berlalu
sisa-sisa unggun masih berusaha menghangatkan
walau hanya tinggal bara-bara berasap
aku bangkit dan mulai berjalan lagi
menyongsong fajar di puncak kemerahannya
yang terselip di balik hijaunya bebukitan
setelah kabut-kabut sirna di lembahnya

kutatap jauh ke depan
ada asa-asa memanggil suara hatiku
entah mengapa… selalu
aku merasa ditantang oleh alam
seakan ingin kudipeluknya, dicumbunya, dirayunya
dalam segarnya udara dalam nyamannya hutan

sunyi adalah disini
damai adalah disini
kuhirup nafas alam ini dalam-dalam…

di puncak pendakian mataku menerawang
ke segenap arah, ke segala penjuru
ada rasa kemenangan bersorak di dada
sesaat hilang segala persoalan
sesaat sirna semua kegalauan
yang ada hanya ketenangan… kedamaian
aku ucap cinta padaMu

Aku hirup nafas alamMu dalam-dalam.


Air Tawar,
24 September 94

demi masa depan


Demi masa depan derai tawa anak-anak penghuni pikiran esok di mana wajah-wajah lucu yang memegang penentu nasib dan kita harap-harap cemas membimbing seadanya Demi masa depan jangan memberi apa yang mereka tolak karena paksaan akan menjadikan ia… kita dan kita memang telah biasa dengan keterpaksaan


Air Tawar, 9 Juni 94

waktu sesalku



Aku lewati waktu ini dalam sepi
Sendiri mencoba memberi semangat pada diri
Ku coba tengok jauh ke belakang,
di mana hari-hari terhabiskan tanpa arti
Ku maki diri sendiri…
Entah berapa banyak yang telah ku lewati
Dan aku masih diam tak coba mencari
Apabila sesuatu itu kulakukan sejak dahulu,
takkan ada sesal ku tinggalkan waktu
Bahkan sekarang juga…
Kembali kumaki diri sendiri!

Air Tawar, 1 Januari 04

01 01 04


Waktu begitu cepat berlalu…
tanpa menyisakan sesuatu buatku
sesuatu untuk dikenang,
sesuatu yang berarti,
sesuatu yang bisa kusimpan di hati
semua terasa hampa…
Adakah di esok?

Air Tawar, 1 Januari 04

apakah cinta


bila detak kalbu tak menentu,
tak peduli siapa pasti kan merindu
desir-desir keinginan bersatu menyentuh jiwa
menyapa dalam kegusaran akan harapan
tiada mata memandang seperti hati yang bimbang
petualangan nurani berlabuh di sudut terdalam
menyulut segala rasa, segala yang ada dan terasa
masih saja, cinta adalah perjalanan tak nyata
membenamkan segala akal tuk tujuan tak pasti
apakah cinta…
bila tersimpan saat waktu tak tersedia
bila tak terucap saat kenangan berlalu
bila membunuh segala masa-masa yang harusnya ada
apakah cinta…
seandainya penantian tak kunjung tiba

Kampus Limau Manis, 99

kadang aku merasa


kadang aku merasa kesal,
entah kenapa saat-saat yang sulit tak mudah pergi
kemarahan yang ada mengalir begitu saja
berbagai persoalan yang datang dan membebani
kadang begitu pelik untuk aku pikirkan
akupun kusut pikiran dan jenuh membayangkan

kadang aku merasa diabaikan,
dengan perasaan yang aku miliki tak dihargai orang lain
menjadikan mereka musuh selain diriku sendiri
terkadang aku ingin memaksakan kehendak
tapi mereka malah menjauh dan mengelak dariku
bilakah pengakuan itu berpihak padaku

kadang aku merasa tak berarti,
bila perasaanku tersudut pada lorong-lorong buntu
yang andai kuraih belum tentu dapat kumiliki
biarkanlah aku mencoba yang terbaik untukku
andai kesempatan itu kau berikan sejak dulu
niscaya keberanganku takkan berapi-api seperti kini

kadang aku merasa tak ada,
bila semua pikiranku hanya tersimpan dalam benak
tak ada waktu untuk membongkar dan mengutarakannya
bahkan di saat ingin meledak seperti saat sekarang ini
malah bertambah kusut dengan perlakuan tak acuh
andai aku meledak, aku tak ingin semua menjadi iba
karena pada saat itu aku sudah menjadi gila.

Air Tawar, Agustus 00

...

sebaris kata kutulis … lalu habis
sebuah cinta kurangkai … lalu sirna
sebait lagu kucipta … lalu berlalu
sedikit asa kugenggam … lalu binasa

kata cinta … habis sirna
lagu asa … berlalu binasa

Air Tawar, 7 Mei 93

sendiri


sendiriku di sini
ditemani sunyi
terasa hening mencekam diri
dari balik kabut yang mulai turun
melangkahku mendaki
menapaki jalan berliku
sendiriku di sini
mengarungi kehidupan yang sepi

Air Tawar, 7 Mei 93

1977

1977

ingin ku menangis
tapi tak tahu apa yang akn ku tangisi

apakah hidup atau kehidupan
atau diriku sendiri
aku tak tahu

karena aku tak pernah menangis
atau karena memang tak pernah tahu
untuk apa menangis

Air Tawar, 7 Mei 93

inilah cinta

selena terbang menggapai bayang
semu di mata membekas di jiwa
seraut rona penuh pesona nan menggoda
segenap nurani berdebar dan meronta
sekejap nyana ku terpaku, melayang
semestinya, inilah cinta…

Kampus Limau Manis, Oktober 99

cermin retak sesisi

mereguk madu muntahkan racun
pada diri tak dikenali
dalam cermin retak sesisi
jeritan tengah malam
kelelawar mencicit
tergeletak
lalu diam menari

Air Tawar, 20 February 94

hidup


Aku jalani hidup ini
seperti lautan tak bertepi
kadang gelombang
kadang pasang

Aku jalani hidup ini
seperti kapal tak berlabuh
berkelana tak tentu arah
mengembara entah kemana

Aku jalani hidup ini
tanpa awal
tanpa akhir
abadi

Air Tawar, 15 February 94

mu


terbang dalam hayalan
dan hinggap dalam ingatan
sesaat teringatku akan Mu
lalu melayang dalam harapan
menerawang jauh ke awan
menembus ruang waktu
untuk satu tujuan
Tuhan…

Air Tawar, 15 February 94

ku dikejar waktu


bilamana kata hati enggan beranjak membisiki
tatkala debar-debar perlahan tak kuat kutahani
lembut terasa merangkul memanggil jiwa
nurani, jiwa yang terdalam melayang tak berdaya

serapat-rapatnya kututupi, tak kuasa terlepas jua
entah… mungkin hanya perasaan sekali dua
namun dekatnya begitu dekat tuk selami batas cinta
aku, kasmaran untuk seorang yang lebih dari hanya wanita

bayang-bayang kehangatan memucuk di pelupuk mata
bagai kasih yang bersih dari kemunafikan dunia
cinta yang terlahir bukan sekedar nafsu
kurindu anggunmu melambai harum rambut sebahu

seperti pelangi, biasan titik air diurai mentari
keindahan nyata sebatas siang berlalu
ku dikejar waktu…

Kampus Limau Manis, Agustus 99

Sunday, February 11, 2007

cintaku (mungkin...)


gunung mungkin tinggi
cintaku pasti tak setinggi gunung
cinta tak perlu tinggi
cuma perlu kerendahan hati
dan sadar tuk saling memahami

laut mungkin dalam
cintaku pasti tak sedalam laut
cinta tak perlu dalam
cuma perlu kelapangan dada

dan yakin tuk saling menjaga

langit mungkin biru
cintaku pasti tak sebiru langit
cinta tak perlu biru
cuma perlu kebeningan jiwa
dan pasti tuk saling menyangga

karang mungkin kokoh
cintaku pasti tak sekokoh karang
cinta tak perlu kokoh
cuma perlu pengertian diri
dan nyata tuk saling mengerti

Air Tawar, 97