Sebuah Keinginan
Sebuah keinginan tergeletak di sampingku
kupandang lekat-lekat dan cermat
bercahaya memberi terang di mata
berkilau memberi sejuk di jiwa
Sebuah keinginan tergeletak di sampingku
kubaca lambat-lambat dan jelas
bercerita tentang keindahan cinta
berisi kebahagiaan akan hidup
Sebuah keinginan tergeletak di sampingku
kucoba meraih...
namun dalam genggaman masih mimpi,
tentang sebuah keinginan yang tergeletak di sampingku
yang masih kucoba meraihnya...
Asing..
satu detik saja semua hilang,
satu detik saja semua berlalu
dan satu detik saja aku merasa asing
Bertahun-tahun,
baru sekarang aku merasa asing berada di sini
satu detik saja aku menjadi asing!
kuteringat akan mimpi yang baru saja berakhir,
tiba-tiba aku sangat sedih.
diakhir dari pertemuan sebuah perpisahan hati
yang terlanjur menuangkan janji
“Maaf, aku telah membuatmu berharap”.
atau kenangan itu cuma sebuah pemberian
sebuah kenangan yang tak utuh...
Och 3
apa yang akan kau putuskan.
Adalah kehendak dari hati nurani
yang telah tenang dari jerat rasa sesaat
Karena kesadaran dan kedewasaan pikiran
akan muncul pada saat hati tak terpengaruhi
Dan dalam ketenangan itulah,
kau akan menemukan jawaban untuk dirimu sendiri
Itulah yang terbaik bagimu,
walau pada akhirnya luka itu pasti ada
Pasti ada.
sebuah dompet yang penuh dengan keimanan
dan kepercayaan yang tiada ternilai harganya
terjatuh saat menaiki kendaraan kehidupan
yang penuh sesak oleh kemunafikan
Bagi barang siapa yang menemukan...
harap disimpan sendiri,
dan akan menerima imbalan sepantasnya!
melayangkan hayalku pada ketinggian
yang diam-diam kumimpikan dan kuimpikan adanya
terhadap dirimu.
mungkin Ia akan mengirimkan kamu untukku.
Tapi sayang...
aku tidak begitu dekat dengan Tuhan.
butiran halus seperti berterbangan.
Perlahan semakin deras jatuh menghujam,
dibias temaram lampu di sudut jalan.
Malam, dingin dan sepi bersetubuh dalam derai hujan.
Akupun...
karena jika aku jujur, aku takut
kejujuran itu akan melukai hatiku
walaupun sekarang kebohongan itu
tetaplah sebuah luka.
Ada
tak dapat kulukiskan dalam kanvas,
tak dapat kutuliskan di atas kertas
Sesuatu yang masih kupikirkan namanya,
namun terasa akrab di dada
Sesuatu, sesuatu...
tapi jiwaku lebih lelah
Aku bisa mengistirahatkan tubuhku
tapi tidak jiwaku!
Jika waktu masih bisa kita isi dengan kenangan manis,
simpanlah dalam hati.
Dan jika suatu saat waktu juga memisahkan kita,
kenanglah dalam mimpi.
Kadang apa yang kita rasakan,
tidak bisa untuk dijelaskan
Karena apa yang kita jelaskan,
belum tentu seperti yang kita rasakan
Sebab kata-kata itu terbatas,
dan perasaan tiada ada batas
Akhirnya semua akan berlalu,
pergi dan menghilang
Dengan membawa kenangan,
ataupun tanpa kenangan
Dengan mengingatnya,
ataupun melupakan...
Semakin dalam aku terseret dalam bayang-bayangmu,
semakin berat aku untuk berucap.
Mungkin desah nafasku yang lebih berarti
dari bunyi terhadap kata-kata.
Aku tak pernah membayangkan dalam kesepian.
Karena membayangkan hanya bagi yang tidak merasakan. Sedangkan aku, di dalam kesepian itu sendiri.
Aku tak pernah membayangkan.
Karena apa yang kurasakan, bukan sekedar bayangan.
Dan kesepian itu, memang begitu nyata!
Jauh dalam lubuk hati
suatu kebohongan tertanam menyesat nurani
terkubur dengan kekerasan tuk tak akui
adalah hilangnya hari demi hari
namun sanggupnya masih kutahani
Jalan, bayangan kenangan masa lalu
kutapaki tanpa menoleh ataupun ragu
karena cahaya masih redup saat pagi
ia pun akan terang saat kudekati
tanpa merubah sesuatupun dalam hati
dengan kebohongan yang enggan kubuang
Adakah Kau
Tahukah kau...
betapa mimpi-mimpiku semakin jauh dari kenyataan
betapa kenyataan tak lagi memberiku mimpi-mimpi
Adakah kau...
Rentang waktu ini semakin memanjang
menyusuri angan yang hilang
dalam mimpi-mimpi tentang kenyataan
Mimpi yang tak kunjung datang
saat kubuka mata pagi menjelang
Aku bagian kenyataan yang hilang, dan terlupakan.
Selamatkah Malamku
selamatkah malamku dari kenangan terhadap dirimu?
Selamat malam!
selamatkah malamku dari bayang-bayangmu?
Selamat malam!
selamatkah malamku dari mimpi-mimpiku?
Selamat malam...
selamatkanlah malamku!
Saat malam lelah tuk kulewati,
kuresapi segala rasa atas waktu ini
lemah tak berdaya terbujur membawa kenangan lama dari kemarin dan hari ini
Ku tak mampu menggoreskan pena lagi
Dan esok hidup akankah tetap sebuah lembaran kosong?
Kadang diharapkan, kadang membuat senang
Tapi lebih sering membuat kesal
Perumpamaan yang sederhana buat sesuatu yang ternyata rumit
Atau mungkin bisa kita sederhanakan juga?
Adakah yang lebih indah dari seorang wanita?
Aku selalu memuja keindahan,
karena aku tercipta oleh keindahan... seorang wanita!
Biarkan aku melihat, mendengar, merasakan dan menikmati
Keindahan dalam hadirmu...
Dalam hadirmu...
Saat yang tak bisa kuurai dengan kata-kata
Aku hanya merasa, merasakan... begitu dalam
Aku selalu takjub terhadap pesona
yang mengalir begitu saja, yang bahkan tak kau sadari
Dalam hadirmu...
Aku hanyut begitu dalam,
teramat dalam!
Kulewati detik demi detik menyulam hari melewatkan masa
Entah darimana aku mulai, dan takkan pernah kuakhiri
Jalanku adalah ketersesatan yang panjang
Keterasingan dalam sebuah jiwa
Aku hilang...
Cahayanya lemah dibias hitam awan
Seperti ada lubang di langit...
Aku menuliskan aku, karena selalu ada lubang
Apakah aku aneh?
Kadang kupikir kau menganggukan kepala
Ini buatmu...
buat keindahan yang terlelap di matamu
Ini buatmu...
buat indahnya mimpi saat kau menutup pelupuk mata
Ini buatmu...
buat esok yang ceria!
Andai aku mampu,
banyak yang takkan kubiarkan pergi
Andai aku punya waktu,
banyak yang ingin kuraih kembali
Andai aku bisa memohon,
janganlah beranjak pergi...
Mataku menikmati sendiri,
hatiku menyimpan sendiri,
jiwaku memimpikan sendiri
Semua bagian diriku egois terhadap dirimu
Hingga bibir dan mulutku terpaksa terdiam sendiri
Pendamkan rasa cintaku!
Malam menyentuh titik kesendirianku
Menghamparkan sepi di pembaringanku
Terbujurku menatap hampa, kosong dan sia-sia
Atas waktu ini yang coba tuk terus kulewati
Sendiri menawarkan belati di sudut hati
Kuiris luka baru dalam luka lama
Lelah tuk mengobati, lebih baik kusetubuhi rasa ini
Pelan-pelan akan kunikmati dan menjadi candu tersendiri
Sakit tak perlu diobati, biarkan tubuh dan otak melawan sendiri
Atau mungkin bisa jadi teman sejati...
Kudengar rintik hujan jatuh perlahan membelah kesunyian malam
Kuresapi iramanya membasahi atap rumahku,
kuresapi perlahan dingin bersama hadirnya
Akupun melayangkan pikiran,
dalam malam ini aku berandai jadi hujan
Akan kubasahi hatimu perlahan dengan rasa yang kau bangkitkan di sudut hatiku
Walau seperti hujan yang kadang tak selalu diharapkan,
aku tetap akan mencurahkan
Betapa aku ingin memberi arti dan punya arti
Aah... hujan semakin deras, dinginpun tak membuatku terlelap
Sanggupkah aku?
Aah...
kuberikan seluruh bintang menemanimu,
kuberikan cahaya bulan menerangi wajahmu
Jika malam milikku...
kuhadirkan ratusan mimpi indah dalam tidurmu,
kujelmakan damai dalam pembaringan jiwamu
Jika malam milikku...
kuhadirkan pagi yang indah dalam kepergianku,
kuhadirkan rindu selalu untuk mengenangmu
Jika malam milikku...
aku akan selalu hadir buatmu
Mungkin semua yang hadir dalam hidupku cuma singgah sekejap,
lalu aku tinggal sendiri
Mereka mungkin tidak meninggalkanku,
aku yang tidak bisa membuat mereka untuk tinggal
Akulah yang meninggalkan diriku sendiri,
kubuat mereka pergi satu demi satu
Kusaksikan sambil menyisakan hati yang telah terserak,
kurelakan mereka mencabiknya
Bawalah atau campakkanlah... hatiku masih begitu banyak tersisa
Menunggu cabikan berikutnya,
atau mungkin akan ada yang menyempurnakan keutuhannya
Terimalah aku apa adanya...
Kuharap darimu sedikit teduh di tengah terik panas ini
Sedikit teduh agar aku tak dahaga dan berfatamorgana
Sedikit teduh buat aku melepas lelah dan mengistirahatkan jiwa
Aku butuh keteduhanmu...
Masih adakah tempat buatku?
Senja mendekat seiring hujan kali kedua hari ini
Setelah di awal pagi rintiknya mengusir kicau burung-burung kecil
Membawa sepi sama seperti sore ini
Dan dingin...
bawalah aku kemana saja selain disini
Bergulirlah wahai waktu,
jemputlah aku kemana akan kau lemparkan aku
Bergulirlah waktu,
jangan biarkan aku disini
Bergulirlah waktu...
Jika aku merindumu,
pernahkah terfikirkan olehmu?
Jika aku menyayangimu,
pernahkah terasakan olehmu?
Jika aku membutuhkanmu,
pernahkah terbayangkan olehmu?
Sungguh waktu
telah mampu membuatku termangu
Namun waktu
tak kuasa merubah perasaanku
Aku merasa sekarang aku mulai punya perasaan
atau mungkin mulai bisa merasakan
Dan sekarang perasaan itu semakin dekat dan dekat
Aku yakin pada waktunya,
aku akan pasti berucap dan bersikap.
Maukah kamu membagi mimpimu denganku malam ini?
Kadang aku berharap ada mimpi tentang kita
Tapi sayang,
belum cukup kenangan buat menghadirkan mimpi itu.
Aku ingin memberi,
tapi aku tak melakukan apa-apa
Aku ingin menerima,
tapi tak pernah meminta
Apakah ketakutan ini terus menghantuiku?
buat siapa masih kuhembuskan?
buat apa masih kusia-siakan?
Nafasku..
aku ingin setiap tarikannya punya arti
Nafasku..
janganlah selalu penuh keluh kesah
Nafasku..
percayalah padaku
Aku tahu,
waktu akan merenggut segalanya dari aku
Entah kenapa dengan diriku,
tetap saja aku tak bisa beranjak
Aku terbelenggu,
oleh waktuku sendiri
Dan aku yakin,
aku takkan bertahan
Untuk berubah atau menyerah..
Menyakitkan!
sebuah titik pusat dengan lingkaran sempurna awan putih tipis
dan langit terang bersih berbintang mengitari
Purnama setengah dua pagi,
tepat di atas kepalaku..
sepanjang anganku yang melayang
Kupeluk dingin dalam kesepian
yang turun dengan tetesan air hujan
Kudekap kekosongan,
saat kelebatannya menjadi irama
Aku di duniaku sendiri,
hanya hujan dan kenangan padamu
rasakan saat kau merindukan seseorang
menyayangi, sedih, bahagia, luka
tertawa, kecewa, penuh harap, putus asa
Sejuta rasa yang baru saja kau rasakan,
yang aku rasakan buat dirimu
aku kehilangan daya pikirku,
aku kehilangan harga diriku,
aku kehilangan rasa maluku,
aku kehilangan segala kemampuanku,
aku kehilangan kekuatanku,
pesonamu membodohi aku..
Aku seperti dirimu,
terhadap seseorang yang bagiku,
seperti aku terhadap dirimu
Lingkaran tak berujung
yang saling mencari ujung
untuk mengikat
saling atau dengan keterpaksaan
tiada pilihan, pasrah atau dengan kasihan
Yang mana untukku?
Christian Wijaya
Air Tawar 02-06
No comments:
Post a Comment